Category: Seputar Parenting

  • Pentingnya Self-Healing dalam Mengasuh Anak, Bantu Bunda jadi Orang Tua Hebat!

    Menjadi orang tua merupakan anugerah yang membahagiakan dalam kehidupan pernikahan. Namun dalam praktiknya tidak selamanya mudah dilakukan. Ada banyak tantangan yang dihadapi, berlatih sabar dan pintar mengelola emosi menjadi hal yang paling penting. Bunda harus menjaga agar terhindar dari stres supaya dapat menularkan energi positif pada anak.

    Salah satu cara agar Bunda bisa menjaga emosi saat mengasuh si kecil adalah dengan melalukan self healing. Self healing merupakan metode menyembuhkan dan menenangkan diri sendiri agar terbebas dari berbagai penyakit khususnya psikologis. Dengan melakukan self healing diharapkan memberikan efek ketenangan hati dan pikiran pada Bunda yang sedang mengasuh si kecil.

    Self healing dilakukan dengan motivasi dan arahan oleh naluri diri sendiri. Dengan sifatnya yang spontan dan alami, self healing tampak mudah dilakukan, meski begitu metode self healing ini sudah terbukti selama ratusan tahun berguna sebagai pelengkap penyembuhan medis. Terapi self healing akan memberikan sinyal ke otak bahwa tubuh segera sembuh, otak menyampaikan ke organ lainnya.

    Dalam peran sebagai orang tua, cara ini tentunya sangat cocok untuk menjadikan bunda sebagai orang tua yang lebih baik lagi. Misalnya, ketika bunda merasa putus asa karena kesulitan menyusui bahkan menderita penyakit seperti mastitis, semuanya akan mudah diselesaikan jika bunda mencoba self healing. Dengan begitu anak bunda pun akan merasakan semangat bunda, sehingga hubungan antara bunda dan anak semakin erat.

    Sejatinya seorang anak tidak butuh kesempurnaan dari orangtua mereka. Yang perlu kita sebagai orang tua lakukan adalah menghindari menyakiti mereka, dan memberikan mereka hal-hal menyenangkan dan selalu ada untuk mereka. Itulah yang dilakukan orang tua hebat. Tidak perlu sempurna namun bisa merangkul, mendekap, membelai, dan selalu ada saat mereka membutuhkan.

    Namun untuk menjadi orang tua hebat ini seringkali sulit dilakukan secara konsisten oleh kebanyakan orang tua. Hal tersebut dikarenakan kita para orang tua sering merasa tidak sabar dalam menghadapi kelakuan si Kecil. Berikut ini rangkuman cara untuk menerapkan self healing agar membantu bunda dalam pengasuhan anak yang lebih baik.

    1. Kesadaran Penuh

    Hal pertama yang perlu Bunda ingat secara sadar adalah bahwa anak belum tahu yang mana yang salah dan benar dan tugas orang tualah untuk memberitahukannya. Dibanding dengan memarahi, dan membentak, menjelaskan dengan kata-kata yang baik serta mudah dipahami dan suara lembut adalah cara terbaik. Memang dalam praktiknya itu tidak mudah, apalagi jika di masa lalu bunda mengalami hal ini juga dan tidak mendapatkan perlakuan semestinya, ada kecenderungan bunda melakukan hal serupa pada si kecil.

    Jika mengalami kesulitan, bunda bisa mengambil nafas terlebih dahulu hingga dirasa tenang. Setelah itu ajak si kecil untuk duduk, sentuh dengan lembut dan berikan penjelasan pada mereka mengenai apa yang ingin dan perlu mereka ketahui. Cara tersebut merupakan salah satu praktik self healing yang harus bunda pertahankan dan jadikan kebiasaan.

    1. Berhenti Mengulang Sejarah

    Apa yang dilihat dan dirasakan anak akan menjadikan dirinya di masa depan. Oleh karena itu, bunda harus berusaha untuk berhenti mengulangi sejarah. Ketika bunda marak kepada si kecil, tidak menutup kemungkinan dia akan menjadi pemarah juga kepada anaknya. Bunda bisa mencegah dan berhenti melakukan hal itu dengan menerapkan metode self healing.

    Berhenti sejenak dan tarik nafas dalam-dalam, cobalah sadarkan diri ketika ingin marah, jika masih belum berhasil bunda bisa memilih menjauh sebentar dari si kecil untuk menenangkan diri, hal tersebut dilakukan agar menghindari mengeluarkan kata-kata amarah pada si kecil. Jangan malu, karena dengan begitu bunda juga secara tidak langsung mencontohkan kepada anak cara manajemen amarah yang baik. Justru bunda harus malu ketika bunda menunjukan amarah dan melampiaskannya di depan anak.

    1. Berkaca dari Masa Lalu Diri Sendiri

    Bunda jika kita memiliki masa kecil yang menyakitkan, kita tentu tidak bisa mengubahnya. Namun kita bisa menentukan apa yang akan kita pilih untuk dibawa pada masa kini dari pengalaman masa lalu. Refleksikan apa yang kita alami di masa lalu, merasakan perasaan menyakitkan yang kita alami, namun tentunya dengan sudut pandang baru sebagai orang dewasa. Dengan menerima masa lalu bisa membantu bunda terbebas dari perasaan negatif, ini menjadi satu cara agar kita bisa menjadi orang tua yang hebat untuk si kecil.

    Sumber: haibunda.com

    BACA JUGA: LAKUKAN TIPS INI AGAR BUNDA TERHINDAR DARI BURNOUT

  • LAKUKAN TIPS INI AGAR BUNDA TERHINDAR DARI BURNOUT

    Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Alih-alih menghabiskan hari dengan Netflix ‘n Chill—setelah menjadi Ibu kegiatan tersebut justru akan digantikan dengan tontotan kartun anak-anak dan mengerjakan berbagai tugas rumah tangga yang tidak pernah berakhir. Mulai dari kegiatan rutin yang monoton seperti memberi makan anak, memandikannya, menyiapkan pakaiannya, dan mengantarkannya ke sekolah, hingga tugas yang lebih berat lagi seperti menentukan cara mengasuh dan mendidik serta mendisiplinkan anak dengan baik. Tanggung jawab tersebut akan terus bertambah dan menjadi tugas ibu yang tidak pernah berakhir.

    Tugas seorang ibu bukan hanya tentang bagaimana mengurus dan membesarkan anak tapi juga mengurus berbagai tugas rumah tangga lainnya. Terlebih di Indonesia masih banyak yang membebankan tugas tersebut sepenuhnya kepada ibu. Maka tak heran banyak kasus stress dan kelelahan yang dialami ibu akibat mengurus rumah tangga yang menyebabkan ibu mengalami parental burnout.

    Apa itu Parental Burnout?

    Menurut hasil studi di Clinical Psychological Science (2019), parental burnout merepukan kelelahan yang parah pada orangtua yang menyebabkan perasaan ingin terlepas dari anak-anak mereka dan perasaan ragu akan kemampuan mereka untuk menjadi orangtua. Kondisi tersebut bisa menyebabkan sejumlah konsekuensi negatif yang serius yang memengaruhi hubungan orangtua dan anak, seperti pikiran untuk meninggalkan, mengabaikan dan membahayakan anak.

    Bagaimana Mencegah Parental Burnout?

    Berikut ini beberapa hal yang dapat Bunda lakukan untuk mencegah parental burnout:

    • Luangkan waktu untuk berkencan dengan pasangan atau liburan bersama keluarga/teman

    Sebagian besar Bunda pasti mengatakan “Mana sempat?”. Apalagi jika setelah seharian mengurus anak dan pekerjaan rumah, yang ada hanya rasa lelah dan ingin tidur. Namun, berkencan dengan pasangan dapat menghidupkan kembali hubungan Ayah-Bunda satu sama lain.

    Jadi, Bunda cobalah untuk meluangkan waktu untuk berkencan dan nikmati waktu berkualitas bersama pasangan ataupun keluarga dan teman, tanpa anak-anak, sebagai cara bunda me-recharge energi dan mengembalikan ‘kewarasan’.

    • Waktu untuk diri sendiri (Me Time)

    Selain waktu bersama pasangan, keluarga, dan teman, waktu untuk sendiri juga sama pentingnya. Luangkan waktu 20-30 menit setiap hari untuk menjadi diri sendiri. Waktu sendiri itu bisa bunda isi dengan melakukan berbagai kegiatan seperti membaca buku, menonton film atau melakukan hobi lainnya.

    • Mendengarkan musik

    Hasil penelitian menunjukan dengan mendengarkan musik yang menenangkan akan membantu kita untuk mengurangi kecemasan dan stress, serta menurunkan tekanan darah dan detak jantung. Oleh karena itu mendengarkan musik bisa menjadi cara efektif bunda untuk mencegah parental burnout

    • Time-Out

    Jika bunda merasa pekerjaan rumah sudah sangat memberatkan, maka tidak ada salahnya bunda memberitahu anak bahwa bunda memerlukan ‘time-out’. Carilah ruang terpisah dari anak agar bunda bisa mengambil nafas dan menenangkan diri.

    Itulah cara-cara yang bisa Bunda lakukan untuk mencegah terjadinya parental burnout. Sebagai orang tua sangat penting bagi bunda untuk mengambil waktu istirahat dan merawat diri sendiri.

     

    BACA JUGA: KENALI TOXIC PARENTING DAN BAHAYANYA !!!

     

    Terima kasih telah membaca sampai selesai..

    Semoga bermanfaat 😊

  • Atur Keuangan Bersama Suami Setelah Bayi Lahir Ini Dia Tipsnya

    Atur Keuangan Bersama Suami Setelah Bayi Lahir ini dia tipsnya
    Mengatur keuangan setelah menikah tentunya tidak semudah mengatur keuangan ketika masih single. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan ketika ingin melakukan pengeluaran keuangan ketika sudah menikah. Apalagi saat sudah membangun rumah tangga kebutuhan hidup akan terus bertambah. Layaknya pasangan suami istri pada umumnya, pasti memiliki impian yang ingin diwujudkan bersama seperti punya rumah sendiri, kendaraan pribadi, dan tabungan masa depan.

    Maka dari itu, sifat terbuka dan transparan dengan pasangan sangat diperlukan dalam mengatur keuangan rumah tangga. Bahkan, tidak sedikit pasangan suami istri yang memiliki pendapatan bersama lewat bisnis yang dibangun bersama. Tapi ada juga pasangan yang memiliki prinsip keuangan masing-masing. Hal ini tergantung pada gaya komunikasi masing-masing pasangan dan kesepakatan bersama.

    Bagaimana pun gaya komunikasi kita dengan pasangan, sangat disarankan untuk memulai disiplin membuat daftar anggaran, sehingga memiliki perencanaan keuangan yang jelas mengenai alokasi pengeluaran, alokasi untuk tabungan dan investasi, maupun dana cadangan. Uang sebanyak apapun akan habis bila tidak dikontrol dalam memakainya. Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan jika disiplin membuat daftar anggaran, salah satunya yaitu memiliki kehidupan yang layak. Perencanaan keuangan yang baik juga dapat meminimalisir konflik dalam rumah tangga. Karena tidak sedikit pasangan yang bercerai akibat terhimpit masalah ekonomi.

    Berikut 3 tips sederhana mengatur keuangan rumah tangga yang bisa kita lakukan :

    1. Menentukan total penghasilan bersih

    Menentukan total penghasilan bersih adalah hal penting yang perlu dilakukan sebelum membuat daftar anggaran pengeluaran. Karena, bila tidak mengetahui total pendapatan, kita tidak tahu berapa dana yang bisa di alokasikan untuk kebutuhan sehari-hari, maupun kebutuhan lainnya.

    1. Menentukan pengeluaran tetap setiap bulan

    Memperkirakan total pengeluaran tetap ini cukup penting agar kita terhindar dari utang. Jangan sampai ada istilah “besar pasak dari pada tiang” atau lebih besar pengeluaran dari pada pendapatan. Untuk menentukan pengeluaran tetap setiap bulan, bisa dimulai dari membagi pos pos wajib seperti kebutuhan makan minum sehari-hari, biaya listrik, cicilan rumah, cicilan kendaraan, ataupun cicilan bulanan lainnya. Namun perlu diingat, bahwasanya utang tidak boleh melebihi 30% dari total pendapatan. Serta, jumlah kebutuhan kita tidak boleh melebihi 50% dari total pendapatan. Dan apabila kebutuhan kita ingin dinaikkan, maka cicilan harus dikurangi.

    1. Menyisihkan pendapatan untuk tabungan masa depan

    Menyisihkan pendapatan untuk tabungan masa depan sangatlah penting untuk mewujudkan kehidupan yang layak. Tabungan ini bisa disesuaikan kebutuhan rumah tangga. Misalnya, bagi pasangan suami istri yang akan segera memiliki anak, bisa membuat pos tabungan untuk biaya persalinan, tabungan untuk keperluan si buah hati baik itu pakaian, susu, hingga biaya aqiqah. Sebagai orang tua, pastinya akan mengerahkan segala kemampuan untuk memberikan yang terbaik untuk anaknya. Maka dari itu, bicarakan baik-baik bersama pasangan ya mengenai goals/tujuan yang akan dicapai setelah menikah melalui perencanaan keuangan yang baik.

    Salah satu pemberian / hadiah terbaik untuk anak yang baru lahir ialah Ibadah Aqiqah (Khusus Muslim) mempersiapkan ibadah aqiqah untuk si buah hati sebelum / ia lahiran. semuanya baik dilakuakan. yang terpenting ayah bunda baiknya bisa memaknai aqiqah itu sendiri. sehingga ayah bunda bisa lebih berkinginan untuk melaksanakan ibadah aqiqah itu sendiri. ibadah aqiqah bisa dilakukan oleh diri sendiri dan keluarga / lewat jasa layanan aqiqah yang terpercaya. dengan kita menggunakan layanan jasa aqiqah dari segi budget bisa lebih hemat.  karna tidak harus membayar orang yang masaknya dan membeli bahan baku serta peralatannya.  karna sudah di cover sama penyedia layanan aqiqahnya. juga darin segi waktu sangat. sangat efisien karna kita tidak haru mengurusnya sendiri, dari mulai cari hewan sampai sudah siap saji. kita cukup melayani tamu yang datang membagikan masakannya. mudah dan praktis yaa.

    itulah beberapa tips Atur Keuangan Bersama Suami Setelah Bayi Lahir Ini Dia Tipsnya
    Terimakasih sudah membaca sampai selesai..

    BACA JUGA : Inilah Kumpulan kalimat Undangan Aqiqah Yang Cocok Untuk WhatsApp

    Article Writers : Ine 

     

  • Inilah Alternatif Kata Jangan

    alternatif kata jangan

    Bunda, pernah enggak sih merasa anak semakin menentang ucapan kita saat banyak dilarang? Paling sering misalnya saat orang tua mengatakan kata ‘jangan’, anak malah akan melakukan apa yang dilarang tersebut.

    Seperti misalnya, “Jangan lari” anak malah akan berlari lebih cepat. Begitu pula saat kita mengucapkan, “Jangan menangis” si kecil malah akan lebih kencang nangisnya sambil berteriak-teriak.

    Orang tua perlu mengkomunikasikan dengan jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak-anak mereka. Berikan pujian saat berhasil melakukannya, sebagai motivasi untuk mereka.

    “Penting bagi orang tua memahami tipe kepribadian anak-anak dan kemudian menyesuaikan interaksi dengan mereka. Orang tua harus menghargai anak-anak dengan pelukan dan komunikasi non verba,” saran Gary Smalley penulis buku Homes of Honor Parenting Manual.

    Pengaruh orang tua berlangsung seumur hidup dan memengaruhi perilaku fisik, mental, emosional, dan sosial anak. Jadi, perhatikan tingkah laku dan bahasa Bunda ke anak-anak.

    Inilah Alternatif kata “Jangan”

    1,  Jangan berkelahi: Ayo Abang sama Adik main bareng-bareng.
    2. Jangan main jauh-jauh: Mainnya yang dekat sama rumah aja ya.
    3. Jangan nangis: Ayo senyum biar lebih cantik.
    4. Jangan diinjak!: Lewat samping biar aman.
    5. Jangan lari: Jalan aja ya.
    6. Jangan teriak-teriak: Ngomongnya pelan-pelan aja, Bunda sudah dengar.
    7. Jangan lambat jalannya!: Ayo kita lebih cepat jalannya biar kakak cepat sampai sekolah.
    8. Jangan cubit: Bunda disayang dong.
    9. Jangan diacak-acak mainannya: Selesai main, Bunda minta tolong dikembalikan ke tempatnya ya.
    10. Jangan nakal: Anak pintar dengar omongan Bunda ya.
    11. Jangan dilempar: Ditaruh pelan-pelan ya.
    12. Jangan coret-coret dinding: Adik menggambar di kertas yuk.
    13. Jangan loncat-loncat di kasur!: Kasur buat tidur, yuk mainnya di lantai.
    14. Jangan main di jalan: Adik sama kakak kalau main di area dalam pagar rumah ya.
    15. Jangan mainan HP: Bunda pinjam HP-nya ya, adik mainan mobil-mobilan aja.

    Alernatif kata “Jangan” adalah contoh saja, kita perlu lebih kreatif untuk mencari kata penggnti, Selain itu, sebenarnya kata “Jangan” tidak berarti tidak boleh untuk diucapkan hanya saja jangan sampai hidup kita bertabur dengan
    kata tersebut setiap hari,

    Jadi, bila memang tidak ada kata kreatif yang tepat, gunakan kata “Jangan” dengan intonasi yang tepat dan jelas. dan jelaskan apa yang menjadi alasan ayah bunda melarang hal tersebut.

    Terimakasih sudah membaca sampai selesai ..

    BACA JUGA : Nasihat ini bikin ayah baru terdiam !!!

    Sumber :  www.haibunda.com

  • Nasihat ini bikin ayah baru terdiam !!!

    NASIHAT INI BIKIN AYAH BARU TERDIAM

    istrimu sudah makan?”

    👨:”Belum bu masih sibuk nyusuin azka”
    👵:”Ambilkan nak,suapin istrimu..”
    👨:”Kan dia nanti bisa ambil sendiri bu”
    👵:”Lihat lah anakmu yg sedari tdk mau lepas dari pelukan ibunya, dede masih ingin menyusu pd ibunya”
    👨:”Iya bu”
    👵:”Memang gitu kalo pny anak bayi gak sempat ngapa² in,makan pun terlambat kadang kamu sebagai suami harus peka ya nak”
    👨:”Iya bu rasyid mengerti”
    👵:”Nanti kalo ibu sdh pulang selalu pastikan kesehatan dan makan untuk istrimu ya nak”
    👨:”Iya bu”
    👵:”Suami itu wajib menyediakan sandang,pangan,papan buat istri nak
    SANDANG itu pakaian yg bersih jadi nyuci baju itu pun menjadi kewajibanmu”
    PANGAN itu makanan jadi menyediakan dan terkadang memasak jg bs jg menjadi kewajiban mu
    PAPAN itu tempat tinggal yg layak jadi bersih² rumah pun itu kewajiban mu
    Selama ini istrimu pun sdh banyak membantumu untuk melaksanakan kewajibanmu nak,berterima kasihlah terkadang istrimu hanya inginkan hal² yg sederhana saja..terlebih lagi dia habis melahirkan saatnya kamu yg peka akan keadaanya yg tak bs banyak bantu karena dia sedang fokus merawat bayi kalian..
    Ibu yakin sesungguhnya dia ingin mengerjakan semua sprt biasa tapi mmg keadaan tidak memungkin kan dia untuk melakukannya ibu harap menjadi suami yg peka dan jgn protes terhadap keadaanya”
    👨:”Iya bu”
    👵:”Jangan sampai istrimu lapar dan lelah ya bisa bahaya nak”
    👨:”Bahaya gimana bu?ah ibu jgn berlebihan”
    👵:”Ibu sdh mengalaminya nak melahirkan mu dulu tahukah km baby blues sm depresi paska melahirkan nak,seperti berita yg belakangan ini bnyk terjadi ibu melukai anak kandungnya sendiri bahkan tega membunuh dll itulah salah satu penyebabnya mungkin dia lapar,lelah dan kurang perhatian.”
    👨:”Baiklah smua yg ibu sampaikan akan ku ingat dan ku lakukan”
    👵:”Ingat nak suami itu pny peranan yg penting agar itu smua tak terjadi pada istri
    Kalau km lihat cucian numpuk,cucikan nak bila tak sempat laundry kan..
    Jika istrimu tak sempat masak karena mengurus anak² mu,km bs memasakan atau bila tak sempat belikanlah diluar”
    Bila kamu melihat rumah kotor sekiranya kamu sedang santai²,bersihkan lah,jika kamu lelah bayarlah org untuk mengerjakannya nak”
    👨:”Iya bu”
    👵:”Jangan takut mengeluarkan hartamu untuk istri dan anakmu sebaik² nya sedekah adalah kepada keluarga mu inti terlebih dahulu,ibu pun pernah berada diposisi istrimu dia sedang menata hatinya paska melahirkan,dia butuh penyesuaian paska lahiran perempuan lbh sensitif paska melahirkan apa yg dia dengar dr luar bisa jd menyinggung hatinya kita memang gak bisa mengatur omongan orang nak
    Tapi setidaknya kamu bs menjadi pendengar yg baik untuk curhatannya,dan terus memberikan Semangat positif untuknya”
    Bunda percayakah bahwa suami ada support system terpenting setelah ALLAH SWT??
    smg kita smua dapat menjadi keluarga yg sakinah,mawadah,warrahmah..Aamiin ya RABB

    BACA JUGA : Inilah Seni Memberitahu Istri (PARA AYAH WAJIB TAHU)

    Terimakasih sudah membaca sampai selesai..
    Semoga bermanfaat..

  • Cuma Sebentar Nikmatilah Kebersamaan Bersamanya

    Nikmatilah Waktu Bersamanya

    1. Masa Intim

    Masa Intim adalah ketika anak berusia 0-8 tahun. Masa dimana anak menempel terus kepada orang tua. Masa manja-manjanya seorang anak, sehingga ia tidak sungkan dipeluk dan memeluk orang tuanya. Inginnya kemana-mana bersama orang tuanya dan sangat mudah untuk diajak ikut oleh orang tuanya.

    2. Masa Kritis

    Masa Kritis adalah ketika anak berusia 9-13 tahun. Masa dimana anak sudah masuk sekolah dasar dan mulai sibuk dengan lingkungan sekolah dan teman-teman seusianya. Di masa kritis ini, anak mulai belajar dari banyak sumber, termasuk dari guru dan teman- temannya. Ia juga mulai membandingkan perlakuan orang tuanya dengan perlakuan orang tua dari temannya. Dari sumber belajar yang beragam tadi, seorang anak di masa ini mulai bersikap kritis terhadap pendapat orang tuanya. Lalu bertanya dan membantah,
    sehingga muncul perbedaan pendapat dengan ortunya.

    Di masa ini juga mulai muncul perasaan tidak puas, kecewa atau sakit hati terhadap perlakuan orang tuanya yang tidak sejalan dengan keinginannya. Lalu memorinya menyimpan hal tersebut, sehingga ia mulai menjaga jarak kepada orang tuanya.

    Di masa ini hati-hati bersikap dengan anak ya mak. Jangan sampe masa kritis ini membuat jarak kita sebagai orang tua ke anak.

    3. Masa Sibuk

    Masa sibuk adalah ketika anak berusia 14-23 tahun. Ini masa dimana anak sudah sibuk dengan kegiatan sekolah di SMP, SMA dan perguruan tinggi. Pergaulan mereka juga biasanya makin luas, sehingga waktu bersama orang tuanya makin terbatas. Apalagi jika anak di sekolahkan di pesantren atau kuliah di lain kota. Bagaimana bahasa tubuh mereka ketika dipeluk? Sudah mulai susah dan malu untuk dipeluk. Apalagi jika dipeluknya di tempat umum.

    Anak lelaki apalagi makin susah untuk diajak berpelukan oleh ayah ibunya. Keadaan menjadi berbalik. Dulu anak yang inginnya nempel terus kepada orang tuanya. Di fase sibuk ini, orang tuanya yang inginnya nempel dengan anaknya. Bagi seorang ayah, ia ingin menggunakan waktunya yang sedikit (guality time) di tengah karirnya yang sedang menanjak untuk “bermesraan” dengan anaknya, tapi ternyata anaknya udah ogah. Patah hati deh orang tuanya. Hadeuhh.

    4. Fase Mandiri

    Masa Mandiri adalah masa di mana anak berusia 23 tahun ke atas atau masa anak sudah bekerja atau menikah. Inilah masa anak sudah seharusnya mandiri dan kita sebagai ortu harus siap mental menghadapinya. Masa yang paling membahagiakan bagi orang tua dan anak adalah di fase intim. Maka dari itu jangan sia-siakan masa intim tersebut. la adalah golden moment, sekaligus golden age. Punyalah waktu untuk anak ketika mereka kecil, sebelum mereka tidak mempunyai waktu untuk kita. Yang abadi hanyalah doa. Doa yang dipanjatkan orang tua kepada anaknya. Dan doa yang dipanjatkan anak yang shalih kepada orang tuanya. Doa itulah yang menyambung kembali kebersamaan anak dengan orang tuanya. Nanti di akhirat kelak.

    “(yaitu) surga ‘Dan yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang shaleh dari bapak- bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya” (OS. Ar-Ra’du ayat 23)..

    Credit: Abah Ihsan

    BACA JUGA : Inilah Seni Mengasuh Tenang, Senang, Menang. Kurangi mengurus anak mulailah membangun anak

    Semoga Bermanfaat..

     

  • JIKA SUAMIMU / ISTRIMU MENINGGAL LEBIH DULU


    jika istri atau suami meninggal duluan
    JIKA SUAMIMU MENINGGAL LEBIH DULU

    Kau pandangi wajah anak-anakmu. Ada bagian wajah ayahnya yang melekat disana, entah itu tatapan matanya atau gelak tawanya. Terkadang kebiasaannya pun menurun pada buah hatinya.

    Kau pandangi galeri foto di telepon selulermu. Mungkin tak banyak foto dirinya disana, karena di tiap tempat dan waktu dialah fotografernya Kau lihat handuk miliknya. Takkan lagi ada yang meminta ambilkan handuk setiap kali ia mandi. Takkan lagi ada
    keluhmu tentang handuk basah yang tak tepat tempat.

    JIKA ISTRIMU MENINGGAL LEBIH DULU

    Kau akan termenung sendirian. Tak ada lagi ocehan rutin dari mulutnya. Tak ada lagi makanan dengan rasa yang sama sesuai racikan tangan miliknya. Air mata jatuh dipelupuk matamu. Kau kehilangan separuh jiwamu. Kehilangan sebagian dari hidupmu.

    Berpikir andai tahu akan sesingkat ini, mati- matian bahagiakan dirinya sebelum ia dijemput Sang Ilahi.
    Kau telusuri akun sosial media istrimu,

    Kau baca keluh kesah atau cerita keseharian yang ia tulis disana sambil membayangkan yang hari itu ia alami. Kau pikirkan status-status sindiran darinya tanpa bisa bertanya lagi itu ditujukan untukmu atau orang lain.

    Kau buka aplikasi belanja miliknya. Melihat rentetan barang yang memenuhi keranjangnya Berharap kau diberi kesempatan lagi untuk bias membelikan barang impiannya.

    Terimakasih Sudah Membaca Sampai Selesai

    BACA JUGA : Inilah Seni Memberitahu Istri (PARA AYAH WAJIB TAHU)

    Sumber : Namabayi.islmai

  • SAAT DIA HAMIL

    SAAT DIA HAMIL FADHILA

    SAAT DIA HAMIL
    Mungkin dia gak banyak bercerita. Tapi bukan berarti dia selalu sedang baik-baik saja.
    Ada kalanya dia cukup waras untuk tidak mengeluh karena tau percuma mengeluhkan rasa yang tidak
    bisa dibayangkan oleh pasangannya. Tapi ada kalanya dia mungkin cukup lelah sehingga tanpa sadar keluhan-keluhan itu keluar begitu saja.

    Rasa yang dialami dia yang sedang hamil tentu saja hanya bisa dirasakan oleh yang pernah hamil juga.
    Karena rasa tersebut begitu spesial dan spesifik. Mual saat sakit beda sekali dengan mual saat hamil.
    Kaki bengkak karena kecapean berolah raga beda sekali dengan kaki bengkak saat hamil.

    Ngilu nyeri punggung, pinggang, selangkangan dan lain-lain yang bukan karena penyakit tapi memang
    karena bagian-bagian itu sedang berproses menyiapkan tempat bayi dan jalan lahir entahlah
    siapa yang bisa paham.

    Selera makan yang kadang ingin pedas, kemudian ingin manis, lalu ingin asem, lanjut merasa pahit
    bukan karena dia ingin menguji kesabaran pasangannya.

    Dia sendiri mungkin heran dengan apa yang dia rasakan. Saat dia benar-benar memakan dengan
    lahap apa yang dia inginkan pahami bahwa itu bukanlah suatu yang hal mengada-ada.

    Saat dia mulai kesulitan untuk sekedar beranjak dari kursi atau tempat tidur, uluran tangan sangat dirasakan membantu. Terlebih karena dia merasa bahwa pasangannya turut berempati terhadap kesakitan yang mungkin sedang dia rasakan.

    Saat dia mulai lambat berjalan, kadang ngos-ngosan, sesekali mencari pegangan, gak usah heran. Dia membawa berat yang meskipun secara timbangan kau anggap gak seberapa tapi berat tersebut tidak bisa disimpan atau dipindahkan meskipun sekejap. Berat yang harus dibawa kemanapun dalam posisi apapun. Mungkin dia kesulitan untuk sekedar berjongkok, untuk mengangkat kakinya saat berwudhu, bahkan untuk menggunting kuku kakinya sendiri.

    Disaat jongkok adalah posisi yang paling dia ingin hindari seiring semakin besar perutnya, justru keadaan harus buang air kecil yang semakin sering membuatnya harus bolak-balik ke kamar mandi bahkan beberapa kali di malam hari.

    Dibanding apa yang dia ucapkan, percayalah, lebih banyak yang dia pendam sendiri. Dibalik semua rasa lelah dan sakitnya, dia penuhi hatinya dengan penuh rasa syukur dan suka cita, karena dia tau insyaallah akan hadir makhluk mungil yang selalu dia cintai sepenuh hati dari sebelum hadirnya.

    Dia begitu antusias menyiapkan tempat untuk bayinya, keperluan bayinya, berusaha melakukan yang terbaik sebagai seorang ibu. Mungkin dia sesekali nampak sedih dan takut, nampak khawatir. Jangan kau kecilkan dan remehkan perasaannya. Karena kau sedikitpun tidak terbayangkan apa yang akan dia hadapi. Mungkin kau pernah menemaninya dalam proses melahirkan sebelumnya, saking indahnya yang teringat hanyalah saat akhirnya bayi keluar dengan selamat.

    Taukah apa yang berkecamuk dalam pikirannya? Ini adalah hidup dan matiku. Rasa sakit yang memang tidak bisa dijelaskan dengan Bahasa manapun. Bantulah dengan doa selalu.

    Dia yang mungkin biasanya manis mendadak muram. Dia yang mungkin biasanya sigap mendadak lelet.
    Dia yang mungkin biasanya fokus mendadak pelupa. Dia yang mungkin biasanya harum mendadak malas
    berhubungan dengan sabun mandi dan parfum.

    Dia yang mungkin biasanya sabar mendadak lebih mudah kesal. Dia yang mungkin biasanya tabah
    mendadak mudah menangis. Dia yang mungkin biasanya enak diajak bicara diskusi segala hal
    mendadak isi pembicaraannya hanya seputaran hamil yang dialaminya.

    Jika dia merasa dimengerti, dia akan merasa nyaman menjalani kehamilannya. Basa-basi pun dia terima.
    Kata-kata manis dan perhatian apapun yang enak didengar. Yang penting bukan caci maki. Bukan kata

    yang menyakiti hati. Ingat ya pak, ini yang dikandung adalah anakmu juga, karena sedihnya ibu akan jadi sedihnya janin yang dikandung. Berbuat baik pada ibunya, tentunya terhitung berbuat baik pada titipan-Nya juga.

    Terimakasih sudah membaca sampai selesai..
    SUMBER : @NAMABAYI.ISLAMI

    BACA JUGA : Wahai Istri Pencari Nafkah

  • Wahai Istri Pencari Nafkah

    istri pencari nafkah
    WAHAI ISTRI PENCARI NAFKAH
    Jangan sedih bila engkau terpaksa menjadi tulang punggung. Jangan marah karena
    suami tak seideal yang engkau harapkan. Jangan mengeluh bila akhirnya waktumu
    banyak tersita untuk bekerja dan mencari nafkah.

    Karena rezeki keluarga bukan hanya dating dari suami. Karena bisa jadi Allah mengirim
    rezeki anak dan suamimu melalui tanganmu.

    Insya Allah apa yang engkau lakukan, menjadi amal shaleh luar biasa di mataAllah.
    Sebagaimana ucapan Rasulullah yang termaktub dalam kitab Hiyatul Auliya,

    “Nafkahilah mereka (anak dan suami), sesungguhnya bagimu pahala yang engkau
    intakkan untuk mereka.”

    Segala kebaikan nafkah yang engkau berikan, Insya Allah akan mendatangkan
    balasan yang baik pula.

    Ketika suami sudah berusaha memenuhi nafkah namun tetap tak mencukupi
    kebutuhan keluarga, Insya Allah usaha kita

    sebagai ibu rumah tangga yang membantu mencari nafkah, menjadi salah satu ikhtiar
    kita dalam upaya menyelamatkan keluarga.

    Melahirkan, menyusui, mengurus rumah, mengurus anak, melayani suami dan juga
    sekaligus bekerja mencari natfkah, Insya Allah menjadi ladang pahala kita dunia akhirat.

    Fighting!! Kuatlah! Sabarlah! Untuk para kalian,

    Para istri shalehah pencari nafkah. Berbahagialah telah turut berjuang membela
    keluarga. Apa yang telah kalian nafkahkan untuk keluarga, Insya Allah akan dicatat
    sebagai amalan yang serupa dengan sedekah tanpa dikurangi sedikitpun.

    Dan engkau para suamii…
    Kami membantu mencari nafkah, bukan berarti sebuah pembenaran untuk suami
    bermalas-malasan dan lari dari tanggung

    jawab menatkahi keluarga. Kami para istri, rela ikut banting tulang mencari rezeki, kami
    rela tidak lagi bisa menghabiskan waktu mempercantik diri atau asyik dengan hobi
    kami, rela melakukan semua ini demi anak-anak, demi suami, demi keluarga.

    Terimakasih sudah membaca sampai selesai.
    Sumber : www.diniifitriah.com

    BACA JUGA : Inilah Seni Memberitahu Istri (PARA AYAH WAJIB TAHU)

  • KENALI TOXIC PARENTING DAN BAHAYANYA !!!


    Pernahkah Ayah Bunda mendengar toxic parenting?

    Toxic parenting bukan lah konsep yang tetap dalam dunia medis namun ketika orang membahas toxic parenting atau toxic parent, hal ini dapat mengarah pada perilaku orang tua yang tidak memperlakukan anak mereka dengan baik dan menyebabkan anak merasa bersalah, ketakutan, dan merasa harus berperilaku sangat patuh pada orangtuanya.

    Perilaku orang tua yang dapat dikatakan sebagai toxic ketika perilaku yang disebutkan di atas berulang dilakukan oleh orang tua sehingga menimbulkan sebuah pola kebiasaan yang mengakibatkan dampak negatif pada kehidupan anak.

    Orang tua yang termasuk kategori  toxic parents biasanya melakukan cara apapun termasuk cara yang dapat mencelakakan atau merusak anak demi memenuhi kebutuhan orang tua sendiri. Contohnya melakukan kekerasan seksual, kekerasan emosional, fisik, dan pengabaian pada anak.

    Parahnya, orang tua yang berperilaku toxic tidak akan mengakui kesalahan mereka pada anak dan tidak peduli jika mereka akan melakukan perilaku tersebut pada anak di kemudian hari. Hal ini tentunya akan menciptakan lingkungan yang tidak sehat untuk tumbuh kembang anak secara psikis dan mental.

    Lalu, tanda-tanda apa yang termasuk dalam kategori toxic parenting dalam pengasuhan anak?

    1, Keinginan Selalu Mengontrol Anak

    Hati-hati jika parents mempunyai keinginan untuk selalu mengontrol apapun di kehidupan anak termasuk orang-orang yang ada di lingkungan si anak. Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa parents sudah melakukan emotional abuse (kekerasan emosional) dalam kehidupan anak.

    Keinginan orangtua untuk melakukan yang terbaik adalah hal baik dan wajar, namun hal ini menjadi bahaya jika orangtua memiliki ketakutan berlebih atas keputusan atau pilihan sang anak dan menganggap anak belum cukup dewasa untuk memutuskan pilihan hidupnya.

    Contohnya, melarang anak memutuskan jurusan kuliahnya sendiri, melarang anak berteman tanpa alasan yang jelas.

    Sayangnya, ketakutan berlebihan pada orangtua ini dapat memicu over-controlling pada kehidupan anak. Sebabnya anak tidak mempunyai kesempatan untuk memilih keputusannya sendiri.

    Hal ini dapat berdampak pada perasaan anak, pada akhirnya anak merasa tersinggung dan berpikir bahwa anak tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk memutuskan pilihan personal hidupnya.

    2. Menyiksa Fisik atau Verbal

    Jika parents sering melakukan kekerasan fisik seperti memukul dan mencubit anak, atau melakukan kekerasan verbal seperti memanggil anak dengan perkataan tidak senonoh, mengejek anak dengan kata-kata kasar, mendiami anak dalam waktu lama, mengalihkan kesalahan pada anak.

    Hati-hati! Sebaik mungkin parents harus menghentikan kebiasaan tersebut dalam mendidik anak. Apapun bentuk, tindakan, intensitas kekerasan pada anak tidak dapat dibenarkan dan parahnya kekerasan yang dialami anak dapat menyebabkan terganggunya fungsi otak dan kesehatan mental anak dalam jangka panjang.

    Dilansir dari laman Alodok, kekerasan pada anak juga dapat menimbulkan rendahnya kepercayaan diri anak, kesulitan mempercayai orang lain, keinginan untuk melukai diri sendiri, sampai keinginan untuk bunuh diri.

    Yuk mulai hentikan kekerasan pada anak!

    3. Kurang Empati

    Orang tua yang tidak empati terhadap keadaan anak akan menganggap kebutuhan orang tua lebih penting dari kebutuhan anak. Orang tua seperti ini akan selalu menuntut anak untuk melakukan sesuatu untuk keuntungan atau kesenangan pribadi si orang tua.

    Misalnya, anak harus dituntut untuk selalu mendapat nilai sempurna di sekolah karena hal tersebut dapat menimbulkan kesenangan atau kebanggaan pada diri orang tua.

    Namun sayangnya, orang tua tidak memikirkan kemampuan si anak, apakah anak akan mampu untuk selalu mendapatkan nilai sempurna, apakah hal tersebut bisa mengganggu kesehatan mental anak.

    Orangtua yang kurang empati akan menimbulkan dampak negatif pada anak, seperti anak akan sering mengabaikan kebutuhannya sendiri, menyalahkan diri sendiri atas ketidakpuasan orang tuanya, tidak memiliki pendapat sendiri.

    4. Terlalu Mengkritik Anak

    Hati-hati parents jika telah melakukan kritik berlebih pada anak. Semua hal yang dilakukan oleh anak ditanggapi secara negatif oleh orang tua. Perilaku orang tua yang “terlalu mengkritik” akan cenderung menyakiti perasaan anak.

    Mungkin orang tua bermaksud baik atas kritik yang diberikan namun salah-salah mengkritik dapat menghancurkan kepercayaan diri si anak.

    Misalnya, orang tua mengkritik penampilan anak saat anak mencoba berpenampilan baru, tidak menghargai pencapaian anak dengan membandingkan pencapaian anak lain, mengkritik saat anak menunjukan bakatnya.

    Sifat terlalu mengkritik dapat menurunnya rasa kepercayaan diri anak karena anak merasa tidak mampu untuk melakukan apapun dengan benar.

    Yukparents lebih sering lagi memberi pujian dan menghargai usaha anak!

    5. Mengganggu Privasi Anak

    Ciri-ciri jika parents sudah mulai mengganggu privasi anak, yaitu seperti melihat seluruh isi pesan anak dengan teman-teman, membaca buku jurnal anak, mengikuti kemana anak pergi dengan temannya, hingga melanggar batasan yang sudah anak tetapkan

    Jika orangtua sering menanyakan hal-hal privasi tersebut pada anak tanpa memikirkan batasan yang sudah ditentukan, tentu ini akan membuat anak merasa tidak dihargai oleh orang tuanya dan anak akan merasa tidak dapat diandalkan oleh orang tuanya.

    Yuk parents, mulai hentikan kebiasaan mengganggu privasi anak di luar batas.

    6. Menganggap Anak Bertanggung Jawab atas Kebahagiaan Orang Tua 

    Ciri-ciri ketika orang tua sudah melakukan toxic parenting pada anak, ketika orang tua sudah menuntut suatu hal kepada anak seperti menyuruh anak memilih antara orang tua dengan temannya bahkan pasangannya. Atau menyuruh anak sering mengorbankan aktivitas yang mereka sukai demi mengabulkan permintaan orang  tua.

    Orang tua seperti ini cenderung menganggap bahwa perilaku ini untuk membangun hubungan yang sehat dengan anak namun sebenarnya orang tua malah membangun hubungan yang tidak sehat karena anak dituntut untuk terus mengorbankan apa yang membuat mereka bahagia dan membatasi mereka sebagai individu yang mandiri. 

    Sebagai orangtua pasti menginginkan anaknya untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup mereka. Namun, terkadang melakukan sesuatu yang berlebihan malah akan membatasi anak untuk mendapatkan hal baik dari hidupnya.

    Perilaku toxic parenting harus diubah sesegera mungkin karena pengalaman-pengalaman yang didapat anak saat mendapat perlakuan buruk dari orang tua akan tertanam dan anak dapat mewarisi perlakuan buruk pada orang lain.

    Jika parents merasa telah melakukan kesalahan dalam mengasuh anak, cobalah untuk mengubah secara bertahap dan konsisten. Pikirkan bahwa anak merupakan seorang individu yang harus dihormati seperti kita menghormati orang lain.

    Yuk, mulai ubah kebiasaan toxic parenting demi memutus rantai pola asuh yang tidak sehat pada anak kelak.
    Teriumakasih sudah membaca sampai selesai.

    BACA JUGA : Inilah Seni Mengasuh Tenang, Senang, Menang. Kurangi mengurus anak mulailah membangun anak

    Sumber : www.brainacademy.id